Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Sunday, March 7, 2010

Refleksi Ekonomi Kota Magelang HUT 1104

/ On : 2:44 AM/ Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga memberikan manfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, berikanlah kritik, saran dan masukan dengan memberikan komentar. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan hubungan saya lebih lanjut via e-mail di herdiansyah_hamzah@yahoo.com.

Menuju Kota Mungil yang Makmur

Pada hari jadinya yang ke-1104 yang jatuh pada 11 April 2010 Kota Magelang masih setia pada brandnya sebagai Kota Jasa, dengan harapan bisa mewujudkan impian warganya untuk hidup lebih makmur. Bagaimana kilas balik dan prospeknya, berikut laporan Sholahuddin al-Ahmed.

Kota kecil yang bersih dan asri, itulah kesan yang selalu melekat dengan Kota Magelang. Hijaunya Gunung Tidar memberikan kesejukan bagi warganya. Panorama Gunung Merapi, Merbabu dan Sumbing mengelili sudut-sudut kota, menyuguhkan keindahan eksotik.

Tebar pesona perkotaan yang berada pinggiran desa dan gunung menjadi potensi di sektor wisata. Potensi kekayaan alam berupa gunung dan sawah itu sebagian besar memang milik daerah tetangga, karena kota hanya memiliki potensi alam dan lahan serba terbatas untuk dikembangkan luas wilayahnya hanya 18,12 Km2.

Kota kecil berpenduduk 121.010 jiwa, tak menjadikan potensi ekonomi mati. Geliat perekonomiannya mampu mendongkrak pendapatan perkapita. Infrastruktur pasar modern dan tradisional menjadi centra perekonomian rakyatnya. Jika ditengok lebih jauh pendapatan regional perkapita pada 2004 Rp 5.532.190,21 satu tahun kemudian berangsur naik menjadi Rp 6.337.409,91.

Dari data tersebut setidaknya bisa dilihat peningkatan kesejahteraan masyarakat yang cenderung membaik. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar menjadi buruh dan karyawan, sebesar 46,86 persen atau (55.602 jiwa), jasa pemerintahan 19.61 persen, industri 16,80 persen, bangunan 8,42 persen dan hanya sektor pertanian 1,28 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi lainnya juga bisa dilihat dari peningkatan Produk Domistik Regional Bruto (PDRB). Selama kurun waktu 2004–2007 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada 2004 berdasarkan harga konstan PRDB sebesar Rp 1.144.785,37 juta naik menjadi Rp 1.288.556,24 juta pada tahun berikutnya atau meningkat sebesar 11,16 persen. Pada 2006 sebesar Rp 1.364.013,17 juta atau meningkat sebesar 5,53 dibanding tahun sebelumnya, sedangkan 2007 naik lagi sebesar 2,61 persen dari tahun sebelumnya.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan PDRB adalah kontribusi lapangan usaha jasa-jasa. Sangat tepat jika kota yang berada pada ketinggian 503 meter dpl itu selalu mengampanyekan sebagai Kota Jasa. Sehingga brand untuk menarik investasi adalah Kota Harapan, dengan cita-cita bisa mewujudkan harapan para investor dan rakyatnya. Berbagai jasa yang selama ini sedang dan terus dikembangkan, antara lain jasa pariwisata, pendidikan dan kesehatan.

Investasi
Badai krisis ekonomi sempat menerjang geliat ekonomi di kota ini. Namun pengaruhnya tak sampai memperburuk kondisi berbagai sektor terutama jasa yang menjadi andalannya. Hal itu setidaknya bisa dilihat 1998 sektor jasa memberikan kontribusi terhadap kegiatan ekonomi sebesar 73,90 persen, delapan tahun kemudian, kegiatan ekonomi kota ini masih didominasi sektor tersebut sebesar 75,43 persen.

Kota mungil yang hanya terdiri dari tiga kecamatan, Magelang Selatan, Utara dan Tengah memiliki keuntungan geografis yang strategis. Berada tepat ditengah Kabupaten Magelang yang kaya raya potensi alamnya. Menghubungkan jalur utama Semarang-Yogyakarta. Dengan Semarang hanya berjarak 75 Km dan Yogyakarta 43 Km.

Daerah-daerah potensial disekelilingnya, misalnya Temanggung, Purworejo dan Salatiga turut menopang geliat perekonomian kota ini. Selain itu juga diuntungkan jalur wisata, Semarang-Yogya-Solo-Boyolali-Borobudur-Dieng.

Pada ulang tahunnya yang ke-1104 itu, Walikota H Fahriyanto bertekad mengembangkan sektor jasa yang bisa dipetik untuk memberikan kesejahteraan lebih pada masyarakatnya. Memang masih banyak potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan, namun setidaknya itu menjadi garapan utama pada tahun mendatang.

Mewujudkan kota kecil penuh impian bukan perkaran mudah, masalah investasi seringkali membayangi langkah pemkot. Brand kota Jasa dan Harapan dengan berbagai potensinya itu setidaknya membuka peluang pasar potensial di sektor tersier atau jasa bagi investor.

Salah satunya peluang itu, adalah investasi di bidang perhotelan. Menurut data proyek peluang pasar untuk investasi hotel, mulai tahun 2006 sampai dengan 2010, bisnis hotel memiliki peluang pasar yang baik bagi investor. Peluang ini diproyeksi terus meningkat sampai tahun 2010 dengan pasar mencapai 1.195.043 orang.

Strategi yang jitu bisa diterapkan Pemkot untuk menjaring calon investor dengan cara menawarkan insentif. Misalnya, pelayanan perizinan satu pintu (one stop service), biaya perizinan usaha perdagangan nol rupiah.

Selain itu sebagian dukungan lahan investasi, volume listrik memadai serta jaringan telepon tersedia sebanyak 5.182 SST. Jaringan telepon terpakai saat ini baru 1.710 SST. Kemudian air PAM yang tersedia 7,25 1/Dt.

No comments:

Post a Comment